PORTALBUANA.ASIA, JAKARTA – Yanto Sari, musisi sekaligus pencipta lagu "Goyang Nasi Padang," mengungkapkan kekecewaannya terhadap...
PORTALBUANA.ASIA, JAKARTA – Yanto Sari, musisi sekaligus pencipta lagu "Goyang Nasi Padang," mengungkapkan kekecewaannya terhadap perilaku Rahayu Kertawiguna, pemilik label musik Nagaswara.
Dalam wawancara eksklusif dengan Portal Buana Asia News baru-baru ini, Yanto menceritakan berbagai persoalan pribadi dan profesional yang melibatkan Rahayu.
“Saya membaca sendiri chat WhatsApp antara istri saya, Fransiska, dan Pak Rahayu pada November 2023. Isinya panjang sekali, bahkan membahas soal narkoba. Hal itu membuat saya marah besar, dan keesokan harinya saya memutuskan menceraikan istri saya,” ujar Yanto.
Setelah perceraian tersebut, Yanto meninggalkan istrinya di Padang pada 5 Januari 2024 dan menetap di Jakarta. “Hingga sekarang, sudah lebih dari setahun saya meninggalkan istri saya, tapi Pak Rahayu masih mengganggu. Saya tahu itu karena istri saya sering mengirimkan tangkapan layar percakapan mereka,” lanjutnya.
Selain persoalan pribadi, Yanto juga mengeluhkan perlakuan Rahayu terkait hak-hak profesionalnya sebagai pencipta lagu di bawah naungan Nagaswara.
“Sejak saya bergabung dengan Nagaswara pada 2006, royalti saya tidak pernah dibayar. Saya hanya diberi kasbon dari hari ke hari. Bahkan bonus dari lagu ‘Goyang Nasi Padang’ yang semakin booming tidak pernah saya terima. Ratusan lagu yang saya kirim juga tidak dirilis, malah ditiru dan dijadikan ciptaan atas nama Rahayu Kertawiguna dan Donnal Kinan Sammy,” ungkap Yanto, yang juga dikenal sebagai pencipta lagu “SMS” yang dinyanyikan Ria Amelia.
Persoalan semakin pelik ketika Yanto tidak menerima royalti dari Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) Wahana Musik Indonesia (WAMI) pada akhir 2024. Saat ia mempertanyakan hal ini kepada Rahayu, jawaban yang diterima justru semakin memojokkannya.
“Pak Rahayu bilang, ‘Kalau kamu tidak suka di WAMI, keluar saja.’ Padahal, dulu pada 2015, saya merasa nyaman di KCI (Karya Cipta Indonesia). Namun, Pak Rahayu memaksa saya pindah ke WAMI dengan mengatakan bahwa pengurus KCI adalah maling besar,” kenangnya. Yanto juga menambahkan bahwa pernyataan itu disampaikan di kantor Nagaswara, dan ia yakin rekaman CCTV pada saat itu bisa menjadi bukti.
Yanto mengaku semakin lelah dengan perlakuan yang ia terima dari Rahayu, baik secara pribadi maupun profesional. “Yang jadi pertanyaan saya, kenapa Pak Rahayu tidak henti-hentinya menzalimi saya?” pungkas Yanto, musisi kelahiran Padang, 10 Mei
Terkait polemik yang melanda pencinta goyang nasi Padang Yanto sari, bos Nagaswara belum dapat di hubungi untuk di konfirmasi.