Breaking News

Ketua LSM Tamperak Diduga Bekingi Kades Pelayang Raya, Sebut Premanisme Berkedok Aktivis



PORTALBUANA.ASIA, SUNGAI PENUH – Aksi damai yang digelar oleh gabungan LSM dan aktivis di depan Kantor Inspektorat dan Kejaksaan Negeri Sungai Penuh beberapa hari lalu kini berbuntut panjang. Aksi tersebut menuntut pihak Inspektorat untuk melakukan audit ulang terhadap pengelolaan Dana Desa Pelayang Raya serta mendesak Kejaksaan memeriksa Kepala Desa Supriadi, yang diduga telah melakukan tindak pidana korupsi dengan nilai ratusan juta rupiah.

Namun, aksi damai ini nyaris ricuh ketika Ketua LSM Tamperak, yang dikenal dengan sapaan Wo Rozi, tiba-tiba muncul di lokasi dengan alasan memantau jalannya aksi. Kehadiran Wo Rozi justru memicu ketegangan dan nyaris menyulut konflik di tengah massa aksi. Pihak kepolisian yang berjaga langsung mengambil langkah cepat dengan meminta Wo Rozi untuk meninggalkan lokasi guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tak hanya itu, pernyataan Wo Rozi melalui salah satu media online Halo Jambi juga memantik kemarahan aktivis. Dalam wawancaranya, ia menyebut bahwa "premanisme berkedok aktivis bergentayangan di Kota Sungai Penuh". Pernyataan ini dianggap menyudutkan dan melecehkan perjuangan aktivis serta LSM yang selama ini kritis terhadap dugaan penyimpangan di tingkat desa.

Pernyataan tersebut menuai kecaman keras dari berbagai elemen aktivis di Kota Sungai Penuh. Mereka menilai ucapan Wo Rozi tidak etis dan mencederai semangat perjuangan masyarakat sipil yang sedang memperjuangkan transparansi serta akuntabilitas dana desa.

Salah satu aktivis muda, Cecep, memberikan tanggapan keras terhadap pernyataan tersebut. Ia menilai tudingan Wo Rozi justru menunjukkan keberpihakan yang tidak sehat terhadap oknum yang tengah diperiksa publik.

“Kami turun ke jalan bukan untuk mencari panggung, apalagi memprovokasi. Kami membawa suara masyarakat yang lelah dengan praktik korupsi di desa. Pernyataan Wo Rozi yang menyebut kami preman berkedok aktivis adalah bentuk arogansi dan pelecehan terhadap gerakan sipil. Justru kami bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang dia bela? Aktivis yang menuntut keadilan, atau oknum yang diduga menyelewengkan uang rakyat?” tegas Cecep.

Ia menambahkan bahwa perjuangan aktivis tidak boleh dikerdilkan hanya karena berbeda pandangan dengan pihak tertentu.

“Kalau memang Wo Rozi ingin mengawal keadilan, mari kita berdiri bersama di barisan yang benar. Tapi kalau hanya datang untuk membela yang diduga bersalah, lalu mencaci kami yang sedang berjuang, maka rakyat sendiri yang akan menilai siapa sebenarnya yang bermain kotor,” pungkasnya.

Situasi ini menambah panas dinamika sosial-politik di Kota Sungai Penuh, terutama menjelang masa-masa krusial pengawasan dana desa dan pelaksanaan pemerintahan di tingkat akar rumput. Para aktivis berencana melanjutkan upaya hukum dan mendesak pihak berwenang untuk tetap bersikap independen dalam menangani dugaan kasus korupsi tersebut.

0 Comments

© Copyright 2022 - PORTAL BUANA ASIA