Oleh: Kurniadi Aris,SH.MH.MM
Advokat/Pengacara-Pengamat Hukum
PORTALBUANA.ASIA, SUNGAI PENUH Saat ini kita telah memasuki pintu gerbang pemilu, namun pemilu untuk memilih calon legislatif dan eksekutif bukanlah laksana memilih kontestan menyanyi Indonesia Idol yang dinilai berdasarkan kemerduan suara penyanyinya sehingga bisa membuat kita menjadi, terpukau,terpaku bahkan tertidur. Selanjutnya pada kontes idol seorang kontestan tidak diminta merealisasikan lirik -lirik lagu yang di lantunkanya.
Anomali dari kontes idol, pemilihan calon legislatif dan eksekutif untuk memilih para calon juga akan berdendang untuk meyakinkan publik agar bisa memelinya di hari pencobolosan, namun perbedaannya suara seorang calon pemeimpin politik wajib kita bedah dan diminta kelak dia merealisasikannya dan mempertangung jawabkan janji-janji yang disenandungkannya disaat masa kampanye.
Menjadi persoalan besar ketika mesin politik partai-partai peserta pemilu tidak dapat menunjukkan tajinya untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat malah ada paradoks yang dipertontonkan ditelevisi dan media-media lainnya di mana terjadi intrik-intrik di internal masing-masing partai politik seperti menggulingkan ketua umum partai, sengeketa sesama pengurus untuk berebut kekuasaan bahkan tidak sedikit pengurus partai tingkat pusat dan daerah di “cokok” oleh aparat penegak hukum dengan aneka persoalan hukum mulai dari main game online saat sidang rakyat, korupsi dan lain sebagainya. al-Chaedar dalam bukunya yang berjudul “Reformasi Prematur (Jawaban Islam Terhadap Reformasi Total)”, menyebutkan bahwa bangsa Indonesia harus lebih serius melakukan reformasi di bidang politik, yang menjadi dasar di bidang lain, seperti ekonomi, hukum, sosial, pendidikan, dan yang lainnya. Garis merahnya salah memilih pemimpin alamat sengsaralah sipemilih.
Selaras dengan itu menurut perspektif islam memilih pemimpin gunakan kriteria Shiddiq (Jujur), Amanah (mampu menjalankan kepercayaan) ,Tabligh (menyampaikan kebenaran), Fatanah (Cerdas). Mahatma Gandhi menyatakan, “Saya merasa lebih dari yakin bahwa pedang bukanlah cara yang ditempuh Nabi Islam untuk mendapatkan tempat di hati manusia, melainkan ia datang dari kesederhanaan, kejujuran, tekad, keberanian, dan keyakinannya kepada Tuhan dalam menjalankan tugasnya.
Berdasarkan fakta di atas menjadi keharusan kita menjadi pemilih yang cerdas untuk memunculkan pemimpin yang Shidiq, Amanah, Fatanah, Tabligh dan menjadi agen perubahan untuk menolak suara-suara merdu calon pemimpin yang tidak mampu membuktikan janji-janji indah di saat kampanye karana pemilihan pemimpin politik bukanlah pemilihan Indonesian Idol dan segera membatalkan pilihan untuk calon-calon pemimpin yang mengedepankan bagi-bagi uang agar masyarakat memilihnya namun gagap dan gugup ketika di bedah visi dam misinya bahkan gemetar tangannya dan bibirnya ketika bertengkar ide dan fikiran di hadapan publik, karena pemilu adalah festival pertengkaran gagasan dan ide untuk menyelesaikan persoalan yang di hadapi masyarakat. paralel dengan itu melilih pemimpin saat pemilu legislatif dan eksekutif adalah Amanah ntuk mewujudkan cita-cita bangsa yang tertuang dalam Grundnormn atau sila-sila di Pancasila.
FOLLOW THE PORTAL BUANA ASIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow PORTAL BUANA ASIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram