PORTALBUANA.ASIA, SUNGAI PENUH – Suasana di Desa Gedang, Kecamatan Sungai Penuh, sempat memanas setelah sejumlah pemuda bersama santri Mushalla Babusadah menyampaikan protes terhadap tindakan salah satu pengurus mushalla, Jamalus, yang secara sepihak memberhentikan seorang guru mengaji. Keputusan itu dinilai tidak bijak dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Guru mengaji yang diberhentikan tersebut selama ini dikenal aktif dan berdedikasi dalam membimbing anak-anak di Taman Pengajian Al-Qur’an (TPA) Babusadah. Namun, sejak pemberhentian itu terjadi, kegiatan mengaji di mushalla mulai terhenti, bahkan sebagian anak-anak enggan datang lagi untuk belajar.
Para pemuda menilai keputusan Jamalus dilakukan tanpa dasar yang jelas dan tanpa melalui musyawarah bersama pengurus maupun masyarakat setempat. Mereka menilai langkah sepihak tersebut mengabaikan nilai kebersamaan dan semangat gotong royong yang selama ini dijunjung tinggi oleh warga Desa Gedang.
Sebagai wujud kekecewaan, sejumlah pemuda bersama santri mendatangi rumah Jamalus pada Selasa sore, 14/10, untuk meminta klarifikasi langsung. Mereka juga mendesak agar Jamalus meninggalkan rumah yang kini ia tempati, karena bangunan itu sejatinya yang dulunya difungsikan sebagai tempat kegiatan TPA.
Dedi Usman Salah seorang pemuda Desa Gedang, mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan Jamalus yang dianggap merusak semangat anak-anak untuk belajar mengaji.
“Kami sangat kecewa dengan tindakan Pak Jamalus. Guru mengaji itu sudah lama mendidik anak-anak di sini dengan sabar dan ikhlas. Tapi tiba-tiba diberhentikan tanpa alasan yang jelas. Sejak itu, anak-anak jadi malas datang ke mushalla. Kami hanya ingin suasana mengaji di kampung ini kembali seperti dulu,” ujar dedi
Dedi juga menambahkan, keputusan sepihak seperti itu bisa menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.
“Kami tidak ingin masalah ini berlarut. Kami hanya minta keadilan dan kejelasan. Kalau memang rumah yang ditempati itu bukan hak pribadi, sebaiknya dikembalikan untuk kepentingan bersama, terutama untuk kegiatan TPA yang dulu ramai dengan anak-anak mengaji,” tambahnya.
Kedatangan para pemuda tersebut berlangsung dengan suasana yang cukup tegang, namun tetap dalam batas kendali. Mereka berharap persoalan ini segera diselesaikan secara baik-baik demi menjaga keharmonisan dan ketentraman masyarakat Desa Gedang.
Warga berharap kegiatan mengaji di Mushalla Babusadah dapat kembali berjalan seperti semula, sehingga anak-anak Desa Gedang tetap memiliki wadah untuk belajar agama dan memperdalam nilai-nilai keislaman.
0 Comments