Oleh: Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd. (Rio Tanum Cendikio Agama – Guru Besar UIN STS Jambi)
Abstrak Akademis
Tulisan ini mengulas secara komprehensif signifikansi arkeologis Jambi dalam sejarah peradaban global, melampaui batas narasi nasional. Dengan pendekatan arkeologi historis dan kajian lintas disiplin, penelitian ini menegaskan peran sentral Jambi berdasarkan artefak Situs Muara Jambi serta catatan kuno dari Cina, Belanda, dan Arab.
Fokus kajian meliputi enam dimensi utama:
Verifikasi fakta arkeologis global, termasuk era Pra-Masehi.
Afiliasi kerajaan Nusantara dan Asia serta kontribusinya terhadap identitas Melayu Jambi.
Perumusan teori budaya dan peradaban Jambi sebagai monumen empiris.
Keterkaitan Jambi dengan penyebaran agama-agama besar, termasuk Islamisasi awal.
Penegasan Jambi sebagai pusat budaya dan peradaban dunia.
Peran strategis Sungai Batanghari dalam Jalur Sutra Maritim.
Hasil kajian menunjukkan Jambi sebagai simpul peradaban maritim sejak masa pra-sejarah yang membentuk fondasi budaya dan spiritual Melayu Jambi modern.
Kata Kunci: Arkeologi Jambi, Muara Jambi, Melayu Kuno, Peradaban Asia, Jalur Sutra Maritim
A. Pendahuluan
Wilayah Jambi yang dibelah Sungai Batanghari memiliki nilai strategis sebagai pusat peradaban yang berafiliasi langsung dengan poros kekuasaan Nusantara dan Asia. Bukti-bukti arkeologis, mulai dari masa Pra-Masehi hingga Candi Muara Jambi, menegaskan peran Jambi dalam sejarah global dan pembentukan identitas Melayu Jambi kontemporer.
B. Sejarah Arkeologis Jambi Menurut Referensi Global
Bukti Pra-Masehi dan Proto-Sejarah
Ekskavasi di Kerinci menemukan artefak dari era Paleometalik (±500 SM) yang menunjukkan aktivitas manusia mandiri di Sumatera (Wiradnyana & Hakim, 2011).
Perspektif Cina, Belanda, dan Arab
Catatan Dinasti Tang dan perjalanan I-Tsing (671 M) menyebut Jambi sebagai pusat studi Budha. Peneliti Belanda (Krom, 1923) dan catatan pedagang Arab (Al-Bakri, 1067) juga menegaskan posisi penting wilayah ini dalam jaringan perdagangan Asia.
C. Afiliasi Kerajaan Nusantara dan Asia
Kerajaan Melayu Kuno (Mo-lo-yeu) berpusat di Jambi, terbukti melalui Prasasti Karang Berahi (abad ke-7 M). Hubungan diplomatik dan spiritual dengan India serta Cina membentuk dasar budaya kosmopolitan Melayu Jambi.
D. Bukti Arkeologis Pra-Masehi di Jambi
Merangin dan Tradisi Megalitik: Fosil berusia 300 juta tahun dan batu silindrik berumur ±10.000 SM menunjukkan tradisi pemujaan leluhur (UNESCO, 2018).
Lukisan Cadas Bukit Bulan: Berusia 4.600–1.700 tahun lalu, menggambarkan aktivitas manusia pra-Masehi (National Geographic Indonesia, 2023).
Sungai Batanghari: Menjadi koridor budaya dan perdagangan sejak masa prasejarah, terbukti dengan temuan perahu kuno di Ujung Plancu (BPCB Jambi, 2022).
Kerinci: Sumber budaya Melayu Tua dengan tradisi megalitik dan migrasi Austronesia (Bellwood, 1985).
Kesinambungan ke Masa Klasik: Situs Muara Jambi menunjukkan evolusi dari budaya prasejarah menjadi pusat spiritual dan ekonomi internasional.
Simpul: Jambi telah dihuni manusia sejak 10.000 SM dan menjadi jalur penting migrasi serta perkembangan budaya Austronesia di Asia Tenggara.
E. Peninggalan Arkeologis sebagai Monumen Empiris
Candi Muara Jambi membuktikan difusi ajaran Budha dari India dan kontak budaya multi-arah. Berdasarkan penanggalan Karbon-14, aktivitas situs ini dimulai sejak abad ke-7 M, bahkan lebih tua dari banyak situs di Jawa (Purwanto, 2015).
F. Agama-Agama Besar dan Peradaban Jambi
Budha: Muara Jambi menjadi pusat studi Budha internasional (De Casparis, 1986).
Islam: Terdapat klaim Islamisasi sejak abad ke-1 Hijriah (Hamka, 1959), dengan pelembagaan kuat pada masa Kesultanan Jambi abad ke-17 M.
G. Jambi Sebagai Pusat Budaya Dunia
Abad ke-7 M: Jambi menjadi pusat intelektual Budha Asia Tenggara.
Abad ke-17 M: Kesultanan Jambi berkembang sebagai pusat ekonomi maritim global dengan komoditas lada dan diplomasi internasional (Kathirithamby-Wells, 1990).
H. Sungai Batanghari dan Jalur Sutra Maritim
Sungai Batanghari