PORTALBUANA.ASIA, KERINCI – Peristiwa memilukan mengguncang masyarakat Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Seorang bocah laki-laki dilaporkan mengalami luka serius pada bagian kemaluannya setelah menjalani prosesi sunat yang diduga dilakukan secara tidak profesional. Kejadian ini memicu gelombang kemarahan dan keprihatinan dari berbagai kalangan.
Informasi sementara menyebutkan, tindakan sunat tersebut dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan (nakes) yang baru lulus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan bertugas di salah satu Puskesmas di wilayah Kayu Aro. Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci.
Kabar ini pertama kali mencuat di media sosial melalui akun Facebook milik Yuyun Sinta Nara pada Sabtu (25/5). Dalam unggahan tersebut, Yuyun menampilkan video dan foto seorang anak laki-laki yang diduga menjadi korban. Video memperlihatkan sang anak menangis histeris dan tampak kesakitan, diduga karena mengalami luka serius usai disunat. Sang anak juga disebut mengalami gangguan buang air kecil akibat luka yang dialaminya.
Peristiwa ini langsung menuai perhatian publik. Aktivis Muda Kerinci, Imam Zarkasi, mengecam keras tindakan yang diduga merupakan malpraktik tersebut. Ia menuntut agar Dinas Kesehatan segera mengambil langkah tegas dan memeriksa legalitas praktik tenaga kesehatan yang terlibat.
“Ini bukan hanya kelalaian, tapi menyangkut masa depan fisik dan psikologis anak. Kami mendesak Dinkes untuk segera turun tangan dan menindaklanjuti kasus ini secara transparan. Legalitas dan kompetensi tenaga kesehatan tersebut harus diperiksa,” tegas Imam saat dikonfirmasi, Sabtu (25/5).
Tak hanya itu, Imam juga meminta aparat kepolisian segera menyelidiki kasus ini. Ia mendorong agar keluarga korban segera melapor secara resmi ke pihak berwajib.
“Langkah hukum sangat penting agar ada kejelasan dan keadilan bagi korban. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kita harus pastikan kejadian serupa tidak terulang,” tambahnya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak Dinas Kesehatan maupun instansi terkait lainnya. Sementara itu, kondisi psikologis dan kesehatan anak masih menjadi perhatian utama keluarga.
Kasus ini menambah deretan persoalan mengenai standar pelayanan kesehatan di daerah, khususnya terkait kompetensi dan pengawasan terhadap tenaga medis. Masyarakat berharap ada tindakan tegas dan keadilan ditegakkan untuk melindungi keselamatan pasien, khususnya anak-anak.
0 Comments