Breaking News

Ucapan Kasar Fahrudin Lukai Hati Pekerja dan Masyarakat, Tokoh Adat Sungai Penuh Desak Sanksi Tegas



PORTALBUANA.ASIA, SUNGAI PENUH — Ucapan tidak pantas kembali mencoreng marwah lembaga legislatif Kota Sungai Penuh. Seorang anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar, Fahrudin, diduga melontarkan kata-kata kasar dengan menyebut nama hewan kepada para pekerja bangunan saat melakukan sidak pembongkaran Pasar Beringin. Tindakan tersebut menimbulkan gelombang kecaman luas dari masyarakat dan para tokoh adat yang menilai perbuatan itu telah melukai hati rakyat serta mencederai nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi di sungai penuh.


Perkataan tersebut bukan hanya menyinggung para pekerja yang menjadi objek kemarahannya, namun juga dianggap merendahkan martabat masyarakat Kota Sungai Penuh secara keseluruhan. Para warga menyebut ucapan itu sangat tidak etis, apalagi keluar dari mulut seorang pejabat publik yang seharusnya menjadi panutan.


Gelombang desakan agar Partai Golkar segera memecat Fahrudin pun semakin kuat. Warga dan sejumlah aktivis meminta partai tidak menutup mata atas perilaku kadernya yang dianggap mempermalukan institusi DPRD dan merusak citra partai di mata publik. Mereka juga menuntut agar kasus ini diproses secara hukum maupun adat.


Tokoh adat Sungai Penuh, Aswardi Datuak, turut angkat bicara. Ia menilai tindakan Fahrudin bukan hanya melanggar etika sebagai pejabat, tetapi juga telah menyinggung tatanan adat yang berlaku di wilayah Sungai Penuh.


“Aswardi Datuak” mengatakan dengan tegas, “Perkataan yang dilontarkan Fahrudin itu tidak pantas dan sangat melukai hati masyarakat. Apalagi para pekerja yang berada di sana ada yang menyandang gelar Depati dan Rio. Dalam wilayah adat depati nan ba tujuh, orang yang bergelar adat harus dihormati. Ucapan seperti itu jelas menyalahi nilai-nilai sopan santun dan adat yang kami junjung.”


Lebih lanjut aswardi mengatakan“Kami para ninik mamak dan pemangku adat tidak akan tinggal diam. Karena wilayah Pasar Beringin berada dalam kawasan adat Sungai Penuh, saya akan segera berkoordinasi dengan para tokoh adat lainnya untuk membahas bentuk sanksi adat yang pantas bagi yang bersangkutan. Kami ingin menunjukkan bahwa adat di negeri ini masih hidup, dan siapa pun yang melanggarnya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.”


Lebih jauh, Aswardi Datuak menambahkan bahwa perbuatan seperti ini tidak hanya mencoreng nama pribadi, tetapi juga melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga wakil rakyat. “Kalau wakil rakyat saja tidak bisa menjaga lidahnya, bagaimana masyarakat bisa menghormati mereka? Kami berharap partai segera mengambil tindakan tegas agar marwah lembaga dan kehormatan adat tetap terjaga,” tutupnya.


Sementara itu, beberapa tokoh masyarakat juga menyerukan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Mereka menilai, pejabat publik seharusnya menjadi panutan dalam tutur kata dan perilaku, bukan malah menjadi sumber keresahan di tengah masyarakat.


Peristiwa ini menjadi pengingat keras bagi seluruh pejabat publik di Kota Sungai Penuh untuk lebih berhati-hati dalam bersikap, terutama saat berhadapan dengan rakyat. Sebab, ucapan yang keluar dari seorang wakil rakyat bukan hanya mencerminkan pribadi, tetapi juga lembaga yang diwakilinya serta kehormatan daerahnya.

0 Comments

© Copyright 2022 - PORTAL BUANA ASIA