PORTALBUANA.ASIA, SUNGAI PENUH — Polemik ucapan tidak pantas yang dilontarkan oleh anggota DPRD Kota Sungai Penuh dari Fraksi Partai Golkar, Fahrudin, terhadap para pekerja bangunan saat pembongkaran Pasar Beringin, terus menjadi sorotan tajam publik. Ucapan yang menyebut nama hewan tersebut dinilai mencederai etika dan marwah seorang wakil rakyat, sekaligus menimbulkan gelombang kekecewaan di tengah masyarakat.
Insiden yang terjadi beberapa waktu lalu itu bahkan telah mendorong DPD Partai Golkar Kota Sungai Penuh untuk memanggil Fahrudin guna memberikan klarifikasi. Langkah ini disebut sebagai bentuk tanggung jawab partai dalam menjaga nama baik dan wibawa kader di hadapan publik.
Namun, klarifikasi yang disampaikan Fahrudin justru menimbulkan reaksi baru. Dalam penjelasannya, Fahrudin mengaku bahwa ucapannya dipicu oleh insiden terjatuhnya kayu berulang kali saat dirinya bersama Komisi II DPRD melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi. Ia juga menyebut Kepala Dinas Perindag dan Kabid Aset ikut kaget atas kejadian tersebut.
Pernyataan itu segera menuai bantahan keras dari sejumlah pihak yang berada di lokasi, termasuk dari kalangan aktivis. Salah satunya datang dari Marjoni, seorang aktivis sosial yang turut menyaksikan langsung kejadian di lapangan dan bahkan menyiarkan momen sidak itu secara langsung melalui media sosial.
Menurut Marjoni, klarifikasi yang disampaikan Fahrudin tidak sesuai dengan fakta di lapangan. “Apa yang disampaikan Fahrudin dalam klarifikasinya itu tidak benar. Saya berada di lokasi dari awal sampai akhir dan menyaksikan langsung semuanya. Ucapan yang keluar dari mulut Fahrudin jelas terjadi karena emosinya sendiri, bukan karena ada provokasi dari pekerja,” tegasnya.
Lebih lanjut, Marjoni menjelaskan bahwa pada saat itu Fahrudin berusaha mendekati area pembongkaran Pasar Beringin, namun sempat diingatkan oleh pihak Dinas Perindag agar menjaga jarak karena aktivitas pembongkaran sedang berlangsung dan berisiko menimbulkan bahaya. Beberapa saat kemudian terdengar suara reruntuhan kayu dan material bangunan yang jatuh, hal yang wajar dalam proses pembongkaran.
“Itu bukan kayu yang sengaja dijatuhkan oleh pekerja. Namanya juga pembongkaran, tentu ada suara benda yang jatuh karena sedang dilepaskan dari struktur bangunan. Tapi Fahrudin malah terpancing emosi, menghampiri pekerja, dan mengucapkan kata-kata kasar yang menyebut nama hewan,” ungkapnya lagi.
Marjoni menilai tindakan Fahrudin sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang pejabat publik. Menurutnya, seorang anggota DPRD semestinya menjadi contoh dalam bersikap dan berucap, bukan justru menampilkan perilaku yang dapat menurunkan kehormatan lembaga dewan di mata masyarakat.
“Partai Golkar jangan menutup mata. Klarifikasi boleh saja dilakukan, tapi fakta di lapangan harus dikedepankan. Masyarakat sudah melihat sendiri video yang beredar luas di media sosial. Kami berharap ada sikap tegas dari partai agar kejadian seperti ini tidak kembali terulang,” tegas Marjoni.
Ia juga mengingatkan bahwa peristiwa ini bukan hanya tentang persoalan pribadi seorang anggota dewan, melainkan juga tentang kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif. Masyarakat, kata dia, menaruh harapan besar agar wakil mereka di DPRD dapat menunjukkan teladan dan menjaga integritas.
“Etika, tutur kata, dan sikap yang santun adalah fondasi utama dalam membangun kepercayaan rakyat. Kalau wakil rakyat saja bisa berucap kasar di depan publik, bagaimana masyarakat bisa menaruh hormat pada lembaga ini?” tutup Marjoni.
Peristiwa di Pasar Beringin ini kini menjadi pengingat penting bagi seluruh pejabat publik bahwa setiap tindakan dan ucapan mereka akan selalu berada di bawah sorotan masyarakat. Menjaga wibawa dan kehormatan jabatan bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga tanggung jawab besar yang melekat pada amanah rakyat.
0 Comments