PORTALBUANA.ASIA, SUNGAI PENUH – Proyek pembangunan penambahan tembok irigasi di Desa Koto Bento, Kecamatan Pesisir Bukit, yang bersumber dari Anggaran Dana Desa (ADD), menuai sorotan tajam dari masyarakat. Proyek yang seharusnya menjadi sarana penunjang ketahanan pertanian warga itu diduga kuat dikerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dan terkesan asal jadi.
Berdasarkan informasi dan pantauan warga setempat, proses pengecoran tembok irigasi tersebut diduga tidak menggunakan besi sebagai tulangan. Padahal, penggunaan besi merupakan bagian penting dalam konstruksi beton untuk menjamin kekuatan dan daya tahan bangunan, terlebih pada struktur irigasi yang setiap hari terpapar aliran air dan tekanan tanah.
Sejumlah warga mengaku khawatir kondisi tersebut akan berdampak pada kualitas bangunan dalam jangka panjang. Mereka menilai tembok irigasi yang dibangun tanpa tulangan besi berpotensi mudah retak, roboh, bahkan membahayakan keselamatan warga serta merugikan petani yang menggantungkan kebutuhan air dari saluran irigasi tersebut.
Martias salah seorang aktivis menilai dugaan pengerjaan proyek yang tidak sesuai spesifikasi merupakan bentuk kelalaian serius yang tidak bisa dibiarkan. Menurutnya, setiap proyek yang bersumber dari dana desa wajib mengedepankan prinsip transparansi, akuntabilitas, serta kualitas pekerjaan.
“Proyek dana desa itu bukan proyek pribadi. Kalau pengecoran irigasi dikerjakan tanpa besi, maka patut diduga ada penyimpangan. Ini harus dijelaskan secara terbuka oleh pemerintah desa,” tegas Martias.
Martias juga mendesak pihak Kecamatan Pesisir Bukit, Inspektorat, hingga aparat penegak hukum untuk turun langsung ke lapangan melakukan pengecekan fisik proyek. Ia menilai pengawasan selama ini lemah, sehingga membuka peluang terjadinya pekerjaan yang tidak sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB).
“Kami meminta dilakukan evaluasi total dan audit menyeluruh terhadap proyek ini. Jangan sampai dana desa yang seharusnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat justru menjadi ladang penyimpangan. Jika ditemukan pelanggaran, harus ada sanksi tegas,” lanjutnya.
Ia menambahkan, lemahnya kualitas pembangunan desa akan berdampak langsung pada masyarakat. Irigasi yang rusak atau cepat hancur bukan hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga mengancam keberlangsungan pertanian warga setempat.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Pemerintah Desa Koto Bento belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan tidak digunakannya besi dalam pengecoran tembok irigasi tersebut. Masyarakat berharap pihak terkait segera memberikan klarifikasi dan mengambil langkah nyata agar pembangunan desa benar-benar berjalan sesuai aturan dan harapan bersama.



